Indeks

Membangun Kebijakan Pemanfaatan Timah Secara Berkelanjutan dan Tanpa Konflik

Oleh: Rizki Amelia Nurani

BabelMendunia.com, Indonesia, khususnya Bangka Belitung, kaya akan sumber daya alam berupa timah. Aktivitas penambangan timah, baik oleh PT Timah maupun masyarakat tambang, menjadi penggerak ekonomi daerah. Namun, tambang yang tidak dikelola dengan baik bisa merusak sektor lain seperti perikanan, pariwisata, pertanian, dan perkebunan. Contohnya seperti di Batu Beriga, di mana aktivitas tambang yang masuk ke wilayah nelayan menyebabkan konflik antarwarga.

Sebagai mahasiswa dan bagian dari kaum akademisi, kita memiliki tanggung jawab untuk menawarkan solusi agar semua pihak, baik masyarakat tambang maupun masyarakat nelayan, petani, dan pelaku pariwisata, bisa berjalan berdampingan tanpa konflik.

Konflik muncul karena lokasi pertambangan yang berbenturan dengan wilayah tangkap ikan, kawasan wisata, serta lahan pertanian dan perkebunan. Jika tambang masuk ke wilayah-wilayah ini, maka penghasilan masyarakat akan terganggu, lingkungan rusak, dan kesejahteraan menurun.

Tidak adanya aturan yang tegas dan komunikasi yang buruk antar pihak menyebabkan masalah semakin parah. Jika dibiarkan, konflik ini bisa meluas dan merusak hubungan antar komunitas.

Agar tidak terjadi pertentangan antara masyarakat tambang dengan masyarakat nelayan, petani, dan pelaku wisata, maka mahasiswa perlu menawarkan solusi yang konkret dan adil :

1. Zonasi Wilayah yang Jelas

Perlu dibuat peta wilayah berdasarkan kesepakatan semua pihak. Wilayah tangkap nelayan, lahan pertanian, perkebunan, dan wisata harus dilindungi dan tidak boleh ada aktivitas tambang di sana. Tambang hanya boleh dilakukan di zona yang sudah disepakati bersama.

2. Forum Musyawarah Rutin

Harus ada forum komunikasi antara perusahaan tambang, masyarakat tambang, nelayan, petani, pelaku wisata, pemerintah, dan akademisi. Forum ini berguna untuk membahas masalah, menyelesaikan keluhan, dan mengevaluasi aktivitas tambang secara berkala.

3. Pengawasan Bersama

Dibentuk tim pemantau dari berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa. Tim ini bertugas mengawasi kegiatan tambang di lapangan agar sesuai dengan aturan yang telah dibuat.

4. Edukasi dan Pendampingan

Mahasiswa dapat membantu memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan agar manfaat ekonomi dari tambang tidak mengorbankan sektor lain. Edukasi ini juga mengajarkan pentingnya hidup berdampingan dengan saling menghormati kepentingan masing-masing.

Dengan zonasi wilayah, forum komunikasi, pengawasan bersama, dan edukasi masyarakat, aktivitas tambang timah bisa tetap berjalan tanpa mengorbankan nelayan, petani, dan sektor pariwisata. Solusi ini akan menghindarkan masyarakat dari konflik seperti yang terjadi di Batu Beriga, sekaligus menjaga keberlanjutan ekonomi dan lingkungan daerah. Mahasiswa harus aktif mengambil peran sebagai penengah dan pendamping agar semua pihak mendapatkan keuntungan secara adil dan berkelanjutan.

Exit mobile version