Indeks

Menjaga Nadi Kota: “Sungai Rangkui dan Ancaman di Kecamatan Pintu Air”

Oleh: Saparina

BabelMendunia.com, Pangkalpinang- Sungai Rangkui merupakan salah satu ikon penting di Kota Pangkalpinang, Bangka

Belitung. Sungai ini mengalir membelah kota, membawa sejarah, kehidupan, dan harapan bagi

warganya. Namun, seiring berjalannya waktu, berbagai tantangan ekologis mulai membayangi

eksistensi Sungai Rangkui. Salah satu wilayah yang menjadi perhatian besar adalah Kecamatan

Pintu Air, kawasan yang kini menghadapi ancaman nyata terhadap kelestarian sungai. Jika

tidak ada langkah cepat dan tegas, keberlanjutan Sungai Rangkui dan masa depan ekosistem

kota bisa berada dalam bahaya serius.

Sungai Rangkui dulunya menjadi tulang punggung bagi kehidupan masyarakat Bangka. Selain

berfungsi sebagai jalur transportasi air, sungai ini juga menjadi sumber air bersih, lahan

pertanian subur, hingga ruang sosial budaya. Saat ini, meskipun fungsi transportasinya telah

bergeser, peran Sungai Rangkui sebagai pengatur ekosistem kota tetap vital. Sungai ini

membantu menjaga keseimbangan air tanah, mengendalikan banjir, serta menyediakan habitat

alami bagi berbagai jenis flora dan fauna lokal.

Kecamatan Pintu Air, salah satu wilayah yang dilalui Sungai Rangkui, kini menghadapi

tekanan luar biasa akibat pesatnya urbanisasi dan pertumbuhan penduduk. Alih fungsi lahan

menjadi pemukiman padat, kurangnya ruang terbuka hijau, serta perilaku masyarakat yang

masih membuang sampah sembarangan ke sungai, mempercepat kerusakan lingkungan. Tidak

sedikit daerah bantaran sungai di Pintu Air yang kini mengalami penyempitan, sedimentasi,

dan pencemaran berat.

Ancaman paling serius terhadap Sungai Rangkui di Kecamatan Pintu Air adalah pencemaran

limbah domestik dan penyusutan badan sungai akibat pembangunan yang tidak ramah

lingkungan. Limbah rumah tangga dan usaha kecil sering kali dibuang langsung ke sungai

tanpa melalui proses pengolahan. Selain itu, banyak permukiman yang dibangun terlalu dekat

dengan bantaran sungai, mempersempit aliran dan memperparah risiko banjir saat musim hujan

tiba. Tidak hanya itu, sedimentasi dari tanah-tanah gundul di sekitar kawasan membuat dasar

sungai semakin dangkal dan memperburuk kualitas air.

Fenomena ini harus menjadi alarm keras bagi kita semua. Sungai bukanlah tempat

sampah alami; ia adalah organisme hidup yang berfungsi menjaga keseimbangan alam. Ketikakita merusaknya, pada akhirnya kita juga yang akan menerima dampaknya, mulai dari banjir,

penurunan kualitas air tanah, hingga krisis kesehatan masyarakat.

Melindungi Sungai Rangkui di Kecamatan Pintu Air harus menjadi tanggung jawab bersama.

Pemerintah daerah perlu memperketat pengawasan terhadap pembangunan di sekitar bantaran

sungai dan menindak tegas pelanggaran tata ruang. Tidak cukup hanya membuat regulasi di

atas kertas, tetapi juga harus diikuti dengan implementasi nyata di lapangan. Revitalisasi sungai

melalui program normalisasi, penghijauan bantaran, dan pembuatan ruang terbuka hijau di

kawasan Pintu Air perlu segera dijalankan.

Selain itu, pendidikan lingkungan kepada masyarakat setempat harus digalakkan.

Perubahan perilaku hanya bisa tercapai dengan edukasi yang berkelanjutan, mulai dari sekolah

dasar hingga komunitas masyarakat. Program kampung bersih sungai, gerakan pungut sampah,

hingga pelibatan tokoh masyarakat dan pemuda lokal dalam program adopsi sungai bisa

menjadi strategi efektif untuk membangun rasa memiliki terhadap Sungai Rangkui.

Masyarakat Kecamatan Pintu Air perlu didorong untuk aktif menjaga sungai di lingkungan

mereka. Kesadaran bahwa sungai yang bersih adalah aset berharga untuk masa depan harus

ditanamkan kuat. Setiap individu bisa mulai dari hal kecil: tidak membuang sampah ke sungai,

tidak membangun di sempadan sungai, dan melaporkan pelanggaran lingkungan kepada pihak

berwenang.

Kita harus ingat, Sungai Rangkui bukan sekadar aliran air. Ia adalah urat nadi kehidupan

Kota Pangkalpinang. Jika sungai ini mati, maka perlahan kota ini pun akan kehilangan daya

hidupnya. Menjaga Sungai Rangkui berarti menjaga identitas, budaya, dan kelangsungan hidup

generasi mendatang.

Kecamatan Pintu Air menjadi saksi bisu apakah kita mampu berbenah atau malah membiarkan

kehancuran terjadi. Setiap tindakan kita hari ini akan menentukan bagaimana Sungai Rangkui

akan dikenang esok: sebagai sungai kehidupan atau sebagai simbol kelalaian manusia. Mari

kita bergerak bersama, sebelum semuanya terlambat. Mari jaga nadi kota kita dari kehancuran.

Exit mobile version