Indeks

Solusi Bijak Dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam Timah Tanpa Memicu Konflik Sosial

Oleh: Melani Desta Amelia, PGSD Unmuh Babel

BabelMendunia.com, Indonesia dianugerahi kekayaan alam yang sangat beragam dan melimpah, mulai dari laut, hutan, hingga sektor perikanan. Semua ini adalah aset penting yang dimiliki oleh suatu negara dan punya peran besar dalam mendukung kehidupan masyarakat serta pembangunan jangka panjang.

Laut bukan hanya hamparan air luas, tapi juga sumber kehidupan yang sangat berharga. Selain jadi penyedia utama protein lewat hasil perikanan, laut juga punya peran besar dalam menjaga kestabilan iklim bumi. Sayangnya, berbagai aktivitas manusia seperti penangkapan ikan yang berlebihan, pencemaran, hingga rusaknya terumbu karang mulai mengganggu keseimbangan ekosistem laut.

Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang dan wilayah laut yang luas melalui Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), Indonesia sebenarnya punya potensi besar untuk mengembangkan sektor maritim. Mulai dari budidaya laut, wisata bahari, sampai transportasi laut, semuanya bisa menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru. Jika dikelola dengan baik, kekayaan laut ini tak hanya bisa menambah pemasukan negara, tapi juga membuka banyak lapangan kerja bagi masyarakat.

Sumber daya alam itu adalah anugerah yang diberikan tuhan kepada manusia, tapi juga membawa tanggung jawab besar dalam pengelolaannya. Timah, salah satu kekayaan alam Indonesia, terutama di Bangka Belitung, jadi contoh nyata bagaimana potensi ekonomi bisa memberi kesejahteraan, tapi juga bisa memicu konflik jika tidak diatur dengan bijak. Aktivitas tambang baik yang dilakukan oleh PT Timah maupun penambang rakyat sering berbenturan dengan kepentingan nelayan, sektor pariwisata, pertanian, dan perkebunan. Salah satu kasus yang cukup mencolok adalah di Batu Beriga, di mana pertambangan justru memicu konflik antar warga sendiri.

Sebagai mahasiswa yang hidup berdampingan dengan masyarakat dan punya peran sebagai perubahan untuk masa mendatang, kami merasa punya tanggung jawab moral untuk tidak hanya sekedar melihat, tapi juga turut terlibat sebagai penengah. Mahasiswa sebagai kaum intelektual yang memiliki bekal ilmu dan pendekatan ilmiah yang bisa dijadikan alat bantu untuk menyelesaikan konflik secara damai. Karena itu, diperlukan solusi yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkelanjutan, agar timah tidak lagi menjadi pemicu perpecahan, melainkan menjadi pemersatu yang membawa manfaat untuk semua. Untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di Batu Beriga ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan:

Maka Salah satu langkah awal adalah membentuk Forum Multi Pihak di tingkat desa atau kecamatan. Forum ini diisi oleh perwakilan dari berbagai kalangan penambang lokal, PT Timah, nelayan, petani, pelaku pariwisata, tokoh adat, pemerintah daerah, hingga kalangan akademisi. Tujuannya adalah menciptakan ruang diskusi terbuka untuk merumuskan pembagian wilayah yang adil dan disepakati bersama. Di sini, mahasiswa bisa mengambil peran sebagai fasilitator yang netral, yang menjembatani berbagai kepentingan dengan pendekatan yang ilmiah dan komunikatif. Contohnya, wilayah tangkap nelayan dan daerah pesisir seperti di Rias harus dilindungi dari aktivitas tambang, karena menyangkut kebutuhan pangan dan kelestarian laut. Begitu pula dengan lahan pertanian dan perkebunan, yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakat tidak boleh dikorbankan atas nama.demi kepentingan tambang jangka pendek.

Solusi kedua adalah dengan melakukan pemetaan wilayah tambang secara menyeluruh, berbasis teknologi dan hasil riset dari dunia akademik. Mahasiswa terutama yang berasal dari jurusan geografi, teknik lingkungan, atau perencanaan wilayah bisa menjadi penengah untuk Solusi konflik ini dalam memulai pemetaan ini bersama masyarakat. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui dengan jelas area mana yang memang layak untuk ditambang, mana yang harus dijaga kelestariannya, dan bagaimana aktivitas ekonomi lainnya tetap berjalan.

Dalam proses pemetaan ini, berbagai aspek harus dipertimbangkan, mulai dari kawasan lindung dan daerah aliran sungai, aspek ekonomi seperti wilayah tangkap ikan, lokasi wisata, dan perkebunan, hingga sisi sosial seperti jumlah penduduk dan adat istiadat setempat. Dengan adanya data yang akurat dan terbuka sehingga bisa diakses semua pihak, keputusan yang diambil bisa lebih adil dan bijak, sekaligus mencegah terulangnya konflik seperti yang pernah terjadi di Batu Beriga.

Solusi ketiga adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian laut dan dampak dari menjalankan tambang yang berkelanjutan. Mahasiswa bisa memberikan edukasi kepada masyarakat langsung di lapangan dengan memberikan pelatihan seputar cara menambang yang lebih ramah lingkungan, pemanfaatan teknologi yang tidak merusak alam, serta bagaimana cara melakukan pemulihan lahan setelah tambang selesai beroperasi. Di sisi lain, nelayan dan petani juga perlu dibekali pengetahuan tentang hak-hak mereka untuk mempertahankan ruang hidup, serta bagaimana menyampaikan suara mereka secara damai, dan produktif.

Mahasiswa juga bisa menciptakan program pengabdian masyarakat yang mampu menjembatani berbagai kepentingan, mulai dari sektor tambang, nelayan, petani, hingga pariwisata. Misalnya, dengan mengembangkan wisata alam (eco-tourism) di bekas area tambang yang sudah direklamasi, atau membuat program reklamasi yang dikelola langsung oleh koperasi nelayan dan petani lokal. Dengan cara ini, semua pihak bisa merasakan manfaat ekonomi tanpa saling mengganggu atau merugikan satu sama lain.

Untuk mengatasi konflik ini, penting untuk mengutamakan dialog terbuka, keterlibatan aktif semua pihak, aturan yang jelas, prinsip keadilan. Dengan pendekatan menyeluruh yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan, diharapkan masalah dapat diselesaikan dengan adil dan berkelanjutan, sambil tetap menjaga keberlanjutan pengelolaan sumber daya alam.

Dengan terus berkembangnya kebutuhan masyarakat, konflik terkait sumber daya alam kemungkinan besar akan tetap ada. Oleh karena itu, penanganan konflik ini perlu menjadi prioritas utama agar dapat mendukung pengelolaan yang berkelanjutan untuk lebih di tingkatkan dalam pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana.

Peran mahasiswa sebagai penengah bukan hanya soal idealisme, tapi juga wujud nyata dari kontribusi dunia akademik untuk membangun daerah. Dalam persoalan tambang timah, kami yakin bahwa konflik bukan sesuatu yang tak terhindarkan melainkan muncul karena kurangnya komunikasi dan kurangnya rencana yang disusun bersama. Lewat dialog terbuka, pemanfaatan data yang akurat, dan semangat kerja sama antar pihak, potensi timah sebenarnya bisa membawa manfaat besar bagi semua, tanpa harus mengorbankan laut, lahan pertanian, atau nilai-nilai budaya yang ada.

Exit mobile version