Indeks

MEMBANGUN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR MELALUI MANAJEMEN KELAS YANG EFEKTIF

Oleh: Feni Juniarti (2301411573), Hazarah Nabilah(2301411584), Reva Atika (2301411562), Ria Annisa (2301411564). PGSD UNMUH BABEL

BabelMendunia.com, Pendidikan sekolah dasar merupakan jenjang dasar bagi peserta didik dalam menempuh pendidikan. Pendidikan di sekolah dasar mempunyai peran dalam membangun dasar pengetahuan siswa untuk digunakan pada pendidikan selanjutnya, oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran di sekolah dasar harus berjalan dengan baik. Pendidikan di jenjang sekolah dasar ini tidak hanya kecerdasan akademiknya saja yang penting, namun sangat penting juga dalam membentuk karakter seorang anak. Di masa saat inilah karakter dasar seperti nilai kejujuran, tanggung jawab, kedisplinan, empati, dan kerja sama di bentuk menjadi pondasi moral anak. Salah satu sarana utama yang dapat dimanfaatkan guru untuk membentuk karakter tersebut adalah manajemen kelas yang efektif.

Manajemen kelas tidak hanya soal aturan dan disiplin, melainkan kendali strategis untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif dan terbuka pada nilai karakter. Kelas yang dikelola dengan baik bukan hanya menjadi tempat yang aman dan nyaman untuk belajar, tetapi juga menjadi ruang pembelajaran yang dapat menumbuhkan nilai-nilai karakter secara efektif. Dalam konteks pendidikan indonesia yang menekankan pada profil pelajar pancasila, pembangunan karakter tidak lagi menjadi pelengkap, melainkan bagian inti dari proses pembelajaran. Maka dari itu manajemen kelas bukan saja tentang metode pengendalian perilaku, melainkan strategi penting karkater yang menyeluruh.

Manajemen kelas secara umum didefinisikan sebagai serangkaian tindakan guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, mengelola interaksi siswa, dan memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif (Arikunto, 2007). Namun dalam konteks pendidikan karakter, manajemen kelas harus diartikan lebih dalam. Manajemen kelas yang efektif tidak hanya fokus pada pengendalian, melainkan juga pada hubungan dan kultur kelas. Guru tidak hanya sebagai pengatur, tetapi sebagai pembimbing dan contoh teladan. Di sinilah pembangunan karakter mulai berperan di mana siswa dididik agar taat terhadap aturan, memahami, meyepakati, serta menggabungkan nilai tersebut.

Pendidikan karakter telah diimplementasikan dan di muat dalam setiap kurikulum sekolah. Sehingga dalam proses pembelajaran harus mencerminkan dan mengarahkan, menanamkan karakter-karakter yang positif. Pembentukan karakter disekolah memiliki porsi penting dalam proses pendidikan dan berpengaruh terhadap lingkungan, terutama dilingkungan sekolah serta rumah. Ketika di sekolah, kelas menjadi tempat utama mereka. Ketika kelas dikelola dengan baik siswa merasa dihargai, aman, dan termotivasi. Hal ini menciptakan iklim belajar yang posisitif serta sangat mendukung pembentukan karakter. Menurut Thomas Lickona (1991), pendidikan karakter harus mencakup tiga komponen utama yaitu pengetahuan moral, perasaan moral, dan tindakan moral. Semua ini bisa dikembangkan dalam proses manajemen kelas yang melibatkan siswa secra aktif, membangun empati, menyelesaikan permasalahan secara damai dan memberi ruang inetraksi dengan baik.

Secara umum masalah yang dihadapi oleh peserta didik, saat ini sedang mengalami tujuh krisis, yaitu pertama krisis keadilan, tanggung jawab, tidak berpikir jauh ke depan, kejujuran, disiplin, kebersamaan, dan kepedulian. Dunia pendidikan juga tidak terlepas dari masalah kemerosotan moral hal ini dapat dilihat dari berbagai perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai yang posisitif. Contohnya seperti perilaku bullying, ketidak jujuran, pelanggaran disiplin, dan perkelahian. Selain itu, peserta didik ini bisa dikatakan gagal dalam menampilkan akhlak terpuji seperti kesopanan, keramahan, kurangnya rasa hormat. Pendidikan karakter sangat penting untuk masalah peserta didik saat ini. Dengan memberikan pembiasaan yang baik, anak-anak dapat tumbuh menjadi individu yang bermoral dan bertanggung jawab.

Pendekatan ini sekedar berfokus pada pembuat siswa tertib, tetapi lebih kepada bagaiaman membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab dan mampu mengambil keputusan dengan bijak. Guru juga harus bisa menanamkan nilai kejujuran, baik dalam hal belajar maupun dalam bergaul dengan teman. Suasana kelas pun dibangun sedemikian rupa agar siswa terbiasa bekerja sama, saling menghargai, dan mampu menyelesaikan perbedaan pendapatan dengan damai.  

Agar Manajemen kelas berbasis karakter dapat diterapakan secara efektif di sekolah dasar, dibutuhkan strategi yang tersrtuktur dan berkelanjutan. Salah satu langkah awal yang bisa dilakukan adalah dengan melibatkan siswa dalam menetapkan nilai-nilai yang akan diterapkan d kelas, seperti rasa hormat, kejujuran, dan tanggung jawab. Keterlibatan ini membuat siswa merasa memiliki aturan yang ada, sehingga peserta didik sadar dalam menerapkannya. Selain itu guru harus mampu menjadi teladan bagi siswanya. Ketika guru bersikap jujur, adil, dan konsisten dalam tindakan sehari-hari, secara tidak langsung siswa akan meniru dan belajar dari sikap tersebut.

Di dalam kelas, sangat penting diadakan kegiatan refleksi atau diskusi ringan yang membahas nilai-nilai moral. Misalnya dengan mengajak siswa menceritakan pengalaman baik atau menghadapi situasi sederhana yang berkaitan dengan nilai karakter. Kegiatan ini akan melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan menumbuhkan empati terhadap sesama. Daripada  memberikan hukuman, guru sebaiknya lebih menekankan pada penghargaan terhadap perilaku posistif. Pujian diberikan kepada peserta didik menunjukkan sikap baik, seperti menolong teman atsu bersikap jujur saat melaksanakan ujian. Hal ini memotivasi peserta didik untuk melakukan tindakan yang serupa.

Walaupun pendekatan ini baik, penerapannya di lapangan tidak lepas dari tantangan. Beberapa guru mungkin belum memiliki pemahaman dan pelatihan yang cukup tentang pendidikan karakter. Selain itu, ada tekanan kurikulum dan biaya administrasi juga bisa menghambat konsistensi penerapan nilai-nilai karakter di kelas. Untuk mengatasi tantangannya, diperlukan dukungan yang terstruktur dari pihak sekolah dan dinas pendidikan. Kepala sekolah juga perlu memberi ruang bagi guru untuk mengembangkan inovasi manajemen kelas. Kerja sama dengan orang tua juga sangat penting. Nilai- nilai yang diajarkan di kelas akan lebih efektif jika diperkuat lagi dirumah. Oleh karena itu, sekolah perlu membangun komunikasi yang baik dengan orang tua untuk menyamakan visi pendidikan karakter anak.

Penerapan manajemen kelas berbasis karakter di sekolah dasar bukan hanya bermanfaat untuk menciptakan suasana kelas yang nyaman dan tertib, tetapi juga memberikan pengaruh besar untuk masa depan peserta didik. Peserta didik yang terbiasa berada dilingkungan yang menanamkan nilai-nilai karakter akan lebih siap meghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan sosial. Melihat keadaan saat ini, dimana banyak kasus perundungan yang terjadi, membentuk karakter sejak usia dini menjadi hal sangat penting. Sekolah dasar punya peran besar sebagai pondasi awal dalam membentuk generasi yang berkarakter dan bermoral. Karena itu, manajemen kelas yang berfokus pada nilai-nilai karakter.

Manajemen kelas berbasis karakter bukan sekedar metode mengatur siswa agar tenang, tetapi merupakan upaya mendalam untuk membentuk karakter peserta didik secara akademik dan moral. Di sekolah dasar, dimana peserta didik masih sangat mudah diatur secara psikologis, pendekatan ini sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai yang akan menjadi bekal seumur hidup. Sudah saatnya sekolah tidak hanya menilai keberhasilan pendidikan dari angka-angka dirapot, tetapi juga dari bagaiamana siswa bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang jujur, bertanggung jawab, dan peduli tehadap sesama. Dengan mengedepankan karakter dalam manajemen kelas, guru-guru sekolah dasar tidak hanya mengajarkan ilmu saja, tetapi juga membentuk karakter anak bangsa.

Exit mobile version