Indeks

BUKAN BANDUNG LAUTAN API ; MELAINKAN BANGKA LAUTAN CAMOI

Oleh : Dwi Fajaria Mahasiswi UNMUH BABEL

BabelMendunia.com, Sudah banyak orang yang mengetahui, bahwa KepulauanBangka Belitung merupakan provinsi penghasil timah terbesardi Indonesia. Salah satunya terletak di sebelah utara PulauBangka dan tepatnya di Kota Belinyu. Kota belinyumerupakan kota yang kaya akan hasil alam dan kuliner yang otentik. kota ini juga menyimpan keasrian hutan yang indahsalah satunya di dusun Gunung Pelawan (GPL). Di dusun inimasih terdapat hutan hutan hijau yang kaya akan sumber dayaalam nya seperti kulat (jamur) khas Bangka Belitung. Namunkeindahan ini terancam akibat adanya para penambang timahillegal yang rakus akan lokasi menambang.

Tak jarang di temukan para penambang timah illegal yang menambang timah tak jauh dari jalan raya. Hal inisangat mengancam struktur tanah untuk longsor sehinggamembuat lautan camoi. Apalagi jika penambangan timahtersebut berada dekat dengan jalan raya. Sudah banyak jalanjalan berlobang di kota belinyu akibat pembangan timahillegal ini. Melihat aktivitas penambangan timah ilegal yang beroperasi persis di pinggir jalan raya memunculkan berbagaikekhawatiran dan pandangan kritis. Keberadaan aktivitas inijelas sangat mengganggu dan berpotensi membahayakan. Ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang parah, sepertihilangnya vegetasi penyangga jalan, erosi tanah yang dapatmengancam stabilitas badan jalan, pencemaran air akibatlimbah tambang yang tidak terkelola, dan ekosistem di area sekitar pasti akan terganggu.

Banyak Masyarakat sekitar yang telah menegur para penambang timah, namun teguran Masyarakat tak mempanbagi penambang timah yang pikirannya sudah tertutupi oleh ego masing masing. Beberapa oknum pemerintah juga telahmemperingatkan para penambang tersebut, akan tetapi merekabukannya jera malah seakan menantang peringatan tersebut. Meskipun mungkin ada alasan ekonomi di balik aktivitas inibagi sebagian masyarakat seperti menciptakan lapangan kerjainformal, dampak negatifnya jauh lebih besar dan meluas.Keuntungan ekonomi sesaat tidak sebanding dengan risikokeselamatan, kerusakan lingkungan jangka panjang, dan pelanggaran hukum yang terjadi.

Mencari solusi “win-win” untuk masalah penambangantimah ilegal di pinggir jalan raya adalah tantangan yang kompleks karena melibatkan berbagai kepentingan yang seringkali bertentangan dan berujung konflik. Menurut sayaSolusi yang tepat untuk para penambang timah yang keraskepala adalah peran pemerintah yang harus ditingkatkanuntuk menindak lanjuti, jangan hanya memberikan teguranatau sanksi ringan berupa penyitaan Sebagian alatpenambangan. Namun berikan juga sanksi berat agar para penambang timah memiliki rasa jera untuk melakukanpenambangan. Solusi yang kedua yaitu, menawarkan hinggamembatu para penambang timah untuk mencari matapencaharian yang berkelanjutan seperti menjadi petani. Karena di dusun Gunung Pelawan (GPL) mayoritasmasyarakatnya bersuku Jawa. Selain itu, tanah yang ada pada gunung pelawan juga termasuk tanah yang subur.  

Solusi “win-win” yang sesungguhnya mungkin sulitdicapai sepenuhnya, tetapi pendekatan yang mengintegrasikanpenegakan hukum, pemberdayaan ekonomi berkelanjutan, potensi legalisasi yang bertanggung jawab, rehabilitasilingkungan, dan sinergi antar pihak akan menjadi langkahyang lebih membangun dalam mengatasi masalahpenambangan timah ilegal di pinggir jalan raya. Kuncinyaadalah komitmen yang kuat dari semua pihak untuk mencarisolusi jangka panjang yang lebih adil dan berkelanjutan.

Exit mobile version