Indeks

Kurikulum yang Tertinggal Zaman Menuju Pendidikan Indonesia yang Lebih Relevan dan Bermakna

Oleh : Clara Safika Mahasiswa PGSD,FKIP Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung

BabelMendunia.com, Salah satu masalah paling mendasar dalam sistem pendidikan Indonesia adalah kurikulum yang belum sepenuhnya menjawab tantangan zaman. Meskipun pemerintah telah meluncurkan berbagai pembaruan, termasuk Kurikulum Merdeka yang diharapkan mampumemberikan fleksibilitas dalam pembelajaran, implementasinya masih jauh dari ideal. Banyak guru masih terpaku pada pendekatan lama yang menekankan hafalan daripada mendorong siswa untuk berpikir kritis, kolaboratif,  kreatif, dan keterampilan yang sangat dibutuhkan di masa kini.

Kesenjangan antara isi kurikulum dan kebutuhan dunia nyata juga menjadi sorotan penting. Banyak materi pembelajaran, terutama pada mata pelajaran seperti matematika dan sains, masih terlalu teoritis dan minim kontekstual isa si. Padahal, dunia kerja saat ini lebih menghargai kemampuan problem solving, komunikasi efektif, serta literasi digital. Hal ini membuat banyak lulusan sekolah tidak siap menghadapi tantangan profesional, bahkan sejak memasuki perguruan tinggi.

Tidak hanya itu, ketimpangan akses pendidikan antar wilayah semakin memperlebar jurang kualitas. Sekolah-sekolah di daerah terpencil kerap kekurangan sumber belajar, pelatihan guru, hingga fasilitas teknologi.Akibatnya, meskipun kurikulum telah diperbarui, pelaksanaannya hanya optimal di wilayah tertentu.Kondisi ini menuntut adanya kurikulum yang fleksibel danmampu menyesuaikan dengan kebutuhan lokal agar lebih membumi dan bermakna bagi seluruh peserta didik, tanpa terkecuali .

Oleh karena itu, pembaruan kurikulum tidak bolehberhenti di tataran kebijakan. Ia harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan berkelanjutan, serta evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaannya di berbagai konteks wilayah. Kurikulum bukan hanya sekadar dokumen, tetapi menjadi pedoman utama dalam membentuk kualitas generasi mendatang.Tanpa kurikulum yang relevan, kontekstual, dan berkeadilan, pendidikan Indonesia akan terus berjalan di tempat. Kita tidak hanya berisiko tertinggal secara global, tetapi juga gagal mempersiapkan generasi muda menghadapi masa depan yang semakin kompleks dan kompetitif .

Exit mobile version