BabelMendunia.com, Menurut saya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapioleh Bangka Belitung dalam beberapa tahun terakhir adalahkerusakan lingkungan akibat pertambangan timah ilegal yang marak terjadi di wilayah ini. Lubang-lubang besar yang ditinggalkan oleh penambangan ilegal tak hanya merusakestetika alam, tetapi juga menimbulkan ancaman terhadapkeselamatan manusia dan keberlangsungan ekosistem. Air yang tergenang di dalam lubang-lubang bekas tambang tersebut telahtercemar oleh logam berat dan bahan kimia berbahaya, yang menjadikannya tidak layak untuk digunakan dalam budidayaikan atau aktivitas lain yang bergantung pada kualitas air yang baik. Dengan kondisi lingkungan yang sudah begitu parah, sayaberpendapat bahwa pendekatan konvensional, seperti sekadarmenimbun kembali lubang-lubang tersebut, tidak akan cukupuntuk mengembalikan fungsi ekologis lahan yang rusak. Olehkarena itu, solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan sangatdiperlukan.
Menurut pendapat saya, salah satu solusi paling realistisdan efektif untuk mengatasi permasalahan ini adalah denganmengubah bekas lubang tambang ilegal menjadi lahanagroforestri, sebuah sistem penggunaan lahan yang menggabungkan tanaman pohon keras, tanaman semusim, danbahkan peternakan kecil secara seimbang. Sistem agroforestri inimemiliki banyak keunggulan, baik dari sisi pemulihan ekosistemmaupun pemberdayaan ekonomi masyarakat. Tanah bekastambang yang sudah tercemar membutuhkan waktu dan upayauntuk bisa diperbaiki kualitasnya. Oleh karena itu, saya percayabahwa pemulihan ini harus dilakukan secara bertahap, melaluipendekatan yang menyeluruh, dengan tanaman yang dapatmemperbaiki kualitas tanah sekaligus menghasilkan produkyang bernilai ekonomi.
Agroforestri, yang menggabungkan pohon-pohon bernilaiekonomi dan tanaman pangan, bisa menjadi alternatif yang sangat baik di Bangka Belitung. Tanaman keras seperti sengon, durian, jengkol, atau bahkan kelapa sawit bisa ditanam untukmengembalikan kesuburan tanah yang rusak akibatpertambangan. Selain itu, tanaman semusim seperti jagung, kacang tanah, singkong, atau ubi bisa ditanam sebagai tanamansela, memberikan hasil yang cepat dan dapat langsungdigunakan oleh masyarakat sekitar. Tanaman semusim ini jugadapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dalamjangka pendek, sembari pohon-pohon keras tumbuh danmemperbaiki tanah dalam jangka panjang. Salah satu alasansaya mengusulkan tanaman keras dan semusim ini adalah karenamereka memiliki ketahanan terhadap kondisi tanah yang burukdan dapat beradaptasi dengan baik di lahan yang terdegradasi.
Dengan menggunakan sistem agroforestri ini, saya percayakita bisa mencapai dua tujuan sekaligus: pertama, pemulihanlingkungan, dan kedua, pemberdayaan ekonomi masyarakat. Pemulihan lingkungan bisa terjadi karena agroforestri memilikikemampuan untuk menahan erosi, memperbaiki kualitas tanah, dan mencegah pencemaran lebih lanjut. Tanaman yang ditanamakan mengurangi risiko longsor, menyaring air hujan, danmengembalikan kelembaban tanah. Selain itu, tanaman-tanamantersebut juga bisa menyerap karbon, yang membantumengurangi dampak perubahan iklim. Dari sisi ekonomi, agroforestri dapat menciptakan lapangan kerja baru yang bersifat berkelanjutan bagi masyarakat yang sebelumnyabergantung pada pertambangan ilegal. Masyarakat dapat terlibatlangsung dalam pengelolaan lahan, mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga panen. Pemerintah daerah dan organisasiterkait dapat memberikan pelatihan teknis dan bantuan berupabibit tanaman serta fasilitas pemasaran hasil pertanian, yang akan memperkuat kemampuan masyarakat dalam menjalankanusaha ini.
Namun, menurut saya, penerapan sistem agroforestri initidak bisa berjalan tanpa adanya kerjasama yang solid antaraberbagai pihak. Pemerintah daerah harus menjadi pihak yang paling terdepan dalam hal penyediaan regulasi dan pengawasan.Untuk itu, perlu dibentuk tim khusus yang berfokus padarehabilitasi lahan bekas tambang, yang terdiri dari ahlilingkungan, teknisi pertanian, serta perwakilan masyarakat. Pemerintah harus memastikan bahwa pendanaan untuk proyekini tersedia, baik dari sumber anggaran daerah maupun melaluikerjasama dengan pihak swasta atau lembaga donor internasional. Selain itu, masyarakat juga perlu diberikanpemahaman mengenai manfaat jangka panjang dari rehabilitasilahan tersebut, agar mereka mau berpartisipasi aktif dalamupaya pemulihan tersebut. Selain itu, saya juga percaya bahwapendekatan berbasis teknologi sangat penting untuk mendukungkeberhasilan program agroforestri ini. Teknologi pertanianmodern, seperti sistem irigasi yang efisien, pemantauankesehatan tanaman dengan sensor tanah, serta penggunaanpupuk organik yang ramah lingkungan, dapat meningkatkanproduktivitas pertanian sekaligus menjaga kelestarian alam.Dengan memanfaatkan teknologi, kita dapat meminimalkanrisiko kerugian akibat kerusakan lahan dan meningkatkan hasilpertanian dalam waktu yang lebih singkat.
Akhirnya, penting untuk memahami bahwa sistemagroforestri ini bukan hanya sebuah solusi lingkungan danekonomi, tetapi juga solusi sosial yang dapat memperbaikikualitas hidup masyarakat. Dengan beralih dari tambang ilegalmenuju sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan, masyarakat dapat memperoleh pendapatan yang lebih stabil danberkelanjutan, yang pada gilirannya akan mengurangiketergantungan mereka pada tambang ilegal yang merusak alam. Keberhasilan sistem agroforestri ini akan menciptakanperubahan positif yang dapat meningkatkan kualitas hidupmasyarakat, menjaga keberlanjutan alam, dan menciptakan masadepan yang lebih baik untuk Bangka Belitung. Menurut saya, menjadikan lubang bekas tambang ilegal sebagai kawasanagroforestri adalah solusi yang paling realistis dan efektif. Solusiini tidak hanya menyelesaikan masalah lingkungan, tetapi jugamemberikan peluang baru dalam hal ekonomi dan sosial bagimasyarakat setempat. Dengan langkah-langkah yang terencana, dukungan yang tepat, dan kerjasama yang baik, saya yakinBangka Belitung bisa keluar dari krisis pertambangan ilegal inidengan cara yang lebih bijaksana dan berkelanjutan.