Imlek di Bangka Belitung: Tradisi Budaya dan Simbol Kerukunan Antar Etnis

Avatar photo
banner 120x600

Babelmendunia.com, Bangka Belitung kembali semarak dengan perayaan Tahun Baru Imlek yang berlangsung meriah di berbagai kota dan desa. Tradisi yang telah diwariskan turun-temurun ini bukan hanya menjadi momen sakral bagi masyarakat Tionghoa, tetapi juga mencerminkan harmoni budaya dan kerukunan antar etnis di negeri Serumpun Sebalai.

Sejak sepekan terakhir, kawasan Pecinan di Pangkalpinang, Sungailiat, hingga Belinyu telah dipenuhi oleh lampion merah yang menghiasi jalanan, sementara rumah-rumah warga Tionghoa tampak sibuk mempersiapkan berbagai ritual menyambut tahun baru. Sejumlah vihara dan kelenteng pun menjadi pusat doa dan perayaan, dengan ribuan umat yang datang untuk bersembahyang, memohon keberkahan di tahun yang baru.

Sejarah Panjang Imlek di Bangka Belitung

Perayaan Imlek di Bangka Belitung memiliki akar sejarah yang kuat sejak abad ke-18, ketika masyarakat Tionghoa, terutama suku Hakka dan Hoklo, datang ke Pulau Bangka sebagai pekerja tambang timah. Mereka membawa serta tradisi leluhur, termasuk perayaan Tahun Baru Imlek yang diwariskan hingga kini.

Sejarawan dan budayawan Bangka Belitung, Akhmad Elvian, mengungkapkan bahwa perayaan Imlek di daerah ini memiliki ciri khas tersendiri. Di Bangka, Imlek bukan hanya milik masyarakat Tionghoa. Masyarakat Melayu juga turut serta dalam perayaan, bahkan ikut meramaikan suasana dengan berkunjung ke rumah-rumah warga Tionghoa layaknya Lebaran,ujarnya.

Baca Juga  Konflik Tambang Timah Di Tanjung Labu Bangka Selatan

Tradisi Unik: Dari Ko Ngian hingga Bagi-bagi Angpao

Di Bangka Belitung, Imlek dikenal dengan sebutan Ko Ngian, yang memiliki makna harapan baru dan pembersihan dari hal-hal buruk di tahun sebelumnya. Salah satu tradisi yang masih lestari adalah membersihkan dan mengecat rumah menjelang perayaan, serta menyediakan aneka hidangan khas seperti kue keranjang dan mi panjang umur yang melambangkan keberkahan dan umur panjang.

Selain itu, bagi-bagi angpao menjadi momen yang dinantikan, tidak hanya oleh anak-anak Tionghoa tetapi juga oleh anak-anak dari berbagai etnis. Di Bangka, anak-anak Melayu pun sering datang ke rumah warga Tionghoa untuk meminta angpao, dan ini sudah menjadi tradisi yang diterima dengan baik, kata Yani, seorang warga Pangkalpinang.

Pemersatu Keberagaman

Penjabat Bupati Bangka, Isnaini, menegaskan bahwa perayaan Imlek di Bangka Belitung adalah simbol nyata dari harmoni dan toleransi antar masyarakat. Di sini, Imlek bukan sekadar perayaan satu golongan, tetapi juga menjadi bagian dari kekayaan budaya kita. Semangat kebersamaan inilah yang harus kita jaga,ujarnya saat menghadiri perayaan di Kelenteng Dewi Laut, Sungailiat.

Baca Juga  Paslon Bupati dan Wakil Bupati Adet Mastur-Erlan Nomor Urut 2, Adet: Nomor Keberuntungan

Tak hanya itu, berbagai komunitas dan organisasi juga turut menggelar acara sosial, seperti pembagian sembako bagi masyarakat kurang mampu dan kegiatan bakti sosial. Hal ini menunjukkan bahwa semangat Imlek di Bangka Belitung bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga berbagi kebahagiaan dengan sesama.

Dengan segala keunikan dan kebersamaannya, Imlek di Bangka Belitung tidak sekadar menjadi tradisi tahunan, tetapi juga bukti nyata bagaimana keberagaman dapat hidup berdampingan dengan harmonis. Tahun berganti, namun nilai-nilai persaudaraan tetap abadi di tanah Serumpun Sebalai.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *