BabelMendunia.com, Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu wilayah penghasil timah terbesar di Indonesia. Namun, kekayaan sumber daya alam ini juga membawa tantangan, terutama konflik antara perusahaan tambang dan masyarakat pesisir. Di Desa Rias, Bangka Selatan, masyarakat nelayan menolak rencana penambangan timah di wilayah tangkap ikan mereka karena dinilai merusak ekosistem laut dan mengancam mata pencaharian. Sebagai bagian dari civitas akademika, kita sebagai mahasiswa memiliki peran strategis untuk menjadi penengah dan agen perubahan dalam penyelesaian konflik ini.
Aktivitas penambangan di wilayah tangkap ikan memicu kekhawatiran akan kerusakan ekosistem laut, turunnya hasil tangkapan, serta ketidakadilan sosial akibat tidak dilibatkannya masyarakat dalam pengambilan keputusan. Penolakan masyarakat Desa Rias, sebagaimana dilaporkan dalam berita oleh Detik Sumbagsel, mencerminkan keresahan kolektif terhadap eksploitasi yang tidak berimbang dengan pelestarian dan keberlanjutan kehidupan lokal.
Dengan masyarakat dan kebijakan publik, kita memiliki tanggung jawab moral dan intelektual untuk turut serta mencarikan solusi. Peran mahasiswa tidak hanya sebatas mengkritik, tetapi juga menjembatani kepentingan antar pihak.
Beberapa langkah konkret yang dapat diambil mahasiswa dalam konteks ini adalah membangun forum diskusi terbuka. Melalui organisasi kemahasiswaan atau lembaga kajian kampus, mahasiswa dapat memfasilitasi diskusi publik antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku industri tambang. Forum ini bisa menjadi ruang menyuarakan aspirasi nelayan serta menawarkan alternatif berbasis data dan hasil riset.
Mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, seperti teknik, perikanan, hukum, atau lingkungan, bisa melakukan riset lapangan mengenai dampak tambang terhadap ekosistem laut dan ekonomi masyarakat. Hasil riset tersebut dapat dijadikan dasar advokasi untuk mengusulkan kebijakan zonasi wilayah tambang yang adil dan berkelanjutan. Menginisiasi kampanye kesadaran lingkungan dan pelatihan alternatif ekonomi seperti budidaya perikanan, pertanian pesisir, atau ekowisata berbasis komunitas.
Dan dalam era teknologi, mahasiswa juga dapat menciptakan solusi berbasis teknologi seperti aplikasi pelaporan tambang ilegal, pemetaan wilayah tangkap berbasis GIS, atau sistem pemantauan kualitas air laut.
Konflik tambang di Desa Rias bukan sekadar pertentangan antara ekonomi dan ekologi, tetapi ujian terhadap keadilan sosial dan pengelolaan sumber daya alam secara bijaksana. Mahasiswa memiliki peran vital sebagai jembatan dialog, penyumbang gagasan, serta penggerak solusi yang berpihak pada masyarakat dan lingkungan. Dengan pendekatan akademik dan aksi nyata, mahasiswa dapat menjadi pelopor dalam membangun masa depan Bangka Belitung yang adil, lestari, dan sejahtera.