BabelMendunia.com, Di era modern yang ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada kecenderungan sebagian masyarakat untuk menempatkan ilmu sebagai puncak tertinggi pencapaian manusia. Namun, seiring dengan pesatnya perkembangan tersebut, kita kerap menyaksikan berbagai kasus penyalahgunaan ilmu yang berujung pada kerugian moral, sosial, hingga lingkungan. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya mengedepankan etika di atas ilmu.
Etika adalah panduan moral yang menentukan bagaimana ilmu digunakan dengan bijaksana dan bertanggung jawab. Tanpa etika, ilmu hanya menjadi alat yang bisa disalahgunakan untuk kepentingan sempit, seperti manipulasi, eksploitasi, atau bahkan penghancuran.
Ilmu, sejatinya, adalah alat yang netral. Nilai positif atau negatifnya bergantung pada tangan yang menggunakannya. Di sinilah etika berperan sebagai kompas moral yang memastikan ilmu digunakan untuk kesejahteraan umat manusia dan kelestarian alam.
Mengutamakan etika di atas ilmu tidak berarti meremehkan ilmu, tetapi justru memberi arah yang benar bagi penggunaannya. Seorang ilmuwan yang etis akan menimbang dampak sosial dan moral dari temuannya, seorang pengusaha yang etis akan memastikan bahwa inovasinya tidak merugikan masyarakat, dan seorang pemimpin yang etis akan menempatkan kemaslahatan rakyat di atas kepentingan pribadi.
Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya harus menanamkan ilmu, tetapi juga membentuk karakter yang berlandaskan etika. Ilmu tanpa etika akan kehilangan maknanya, sementara etika tanpa ilmu dapat kehilangan efektivitasnya. Hanya dengan harmoni antara keduanya, kita dapat membangun peradaban yang maju sekaligus bermartabat.
Di atas semua itu, memprioritaskan etika bukanlah kelemahan, melainkan wujud kematangan moral manusia sebagai makhluk yang berakal dan berbudi. Karena sejatinya, ilmu tanpa etika hanya akan menjadikan kita pintar, tetapi tidak bijaksana.