Bijak Kelola Timah: Jangan Sampai Alam dan Masyarakat Jadi Tumbal

Oleh: ADE VEBIOLA, PGSD UNMUH BABEL

Avatar photo
banner 120x600

BabelMendunia.com, Kalau kita ngomongin Bangka Belitung, apa yang langsung kepikiran? TIMAH. Ya, Bangka Belitung udah kayak lumbung timahnya Indonesia. Tapi di balik gemerlapnya potensi itu, ada bahaya yang nggak bisa kita tutup mata: konflik antarwarga, rusaknya alam, dan ancaman buat masa depan ekonomi lokal. Jangan sampai kekayaan ini malah jadi bumerang.

Lihat aja yang terjadi di Batu Beriga — nelayan dan penambang bentrok gara-gara wilayah tangkap yang rusak. Nelayan kehilangan harapan, penambang tetap ngotot karena ini soal perut. Di Tanjung Bunga lebih parah, tambang ilegal makin brutal. Pantai rusak, air laut keruh, bahkan tanah lumpur mulai nguasain bibir pantai. Kalau semua pihak cuma ngejar untung tanpa mikir panjang, siapa yang kena dampaknya? Kita. Anak cucu kita.

Sebagai mahasiswa, kita punya peran penting. Bukan cuma jadi komentator di media sosial, tapi jadi bagian dari solusi. Kita harus hadir dengan ide-ide yang berani, cerdas, dan bisa dijalankan. Nggak muluk-muluk, tapi nyata dan berdampak.

Solusi Mahasiswa Kritis dan Peduli

1. Zonasi Tegas, Biar Nggak Saling Injak
Udah saatnya wilayah-wilayah penting dibagi dengan jelas. Mana untuk tambang, mana untuk laut tangkap, mana buat wisata, dan mana untuk pertanian. Semua harus dilibatkan: masyarakat, nelayan, penambang, pemerintah. Transparan dan partisipatif.
Bikin peta digital yang bisa diakses semua orang. Jadi kalau ada yang bandel masuk zona terlarang, ketahuan dan bisa langsung ditindak.

Baca Juga  Digital Entrepreneur

2. Forum Ngobrol, Biar Gak Salah Paham
Banyak masalah muncul karena miskomunikasi. Solusinya? Forum curhat lintas komunitas. Diskusi rutin, ngobrol santai, tapi serius. Mahasiswa bisa jadi jembatan biar suasananya adem dan solusinya dapet. Bukan saling nyalahin, tapi saling ngerti.

3. Tambang Ramah Lingkungan, Bukan Asal Gas
Sekarang zamannya tambang yang peduli alam. Teknologi hijau bukan cuma wacana. Kita bisa mulai dari edukasi, kampanye, sampai dorong PT Timah dan penambang lokal untuk upgrade cara kerja. Misalnya reklamasi lahan, pengelolaan limbah, sampai budidaya pasca tambang. Alam pulih, ekonomi tetap jalan.

4. Diversifikasi Ekonomi, Biar Gak Ketergantungan Tambang
Kita harus jujur, timah itu bisa habis. Maka, masyarakat butuh alternatif yang kuat:

Budidaya ikan
Wisata bahari
Pertanian organik
Kerajinan dan industri kreatif lokal
Kalau ekonomi punya banyak kaki, daerah nggak bakal tumbang.

5. Pengawasan Kolektif, Biar Tambang Ilegal Tak Berkutik
Jangan cuma nunggu pemerintah gerak. Ajak warga, mahasiswa, aktivis, dan media lokal buat bikin tim pengawas berbasis komunitas. Laporkan pelanggaran, viralkan, dan bikin tekanan sosial biar semua taat aturan. Kalau masyarakat bersatu, tambang ilegal pasti ciut.

6. Edukasi Massal, Bangun Kesadaran Sejak Dini
Edukasi itu kunci perubahan jangka panjang. Mulai dari sekolah, komunitas, sampai level desa. Bikin kampanye yang kreatif: mural lingkungan, lomba vlog, pameran foto, atau kelas terbuka soal dampak kerusakan alam. Kalau pola pikir berubah, perilaku ikut berubah.

Timah: Anugerah atau Petaka? Kita yang Tentukan

Baca Juga  Lebih dari Sekadar Tugas: Peran Guru dalam Menghidupkan Suasana Kelas

Timah itu berkah, tapi bisa jadi musibah kalau dikelola asal-asalan. Bangka Belitung punya pilihan: terus tumbuh jadi daerah maju yang ramah lingkungan, atau pelan-pelan tenggelam karena keserakahan.

Mahasiswa bukan sekadar pengamat. Kita bisa jadi agen perubahan. Dengan zonasi yang adil, dialog terbuka, teknologi hijau, ekonomi alternatif, pengawasan kolektif, dan edukasi berkelanjutan — kita bisa jaga Bangka Belitung tetap indah, damai, dan produktif.

Ini rumah kita. Ayo rawat sama-sama. Biar nanti, anak cucu kita tetap bisa nyanyi di pantai yang biru, mancing di laut yang bersih, dan hidup dari ekonomi yang sehat tanpa konflik.

#GenerasiBijak #SaveBangkaBelitung #TimahUntukSemua

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *