“Bijak Menambang, Bijak Menjaga Alam: Solusi Kolaboratif untuk Masyarakat Babel”

Oleh: Suci Islamiah, PGSD UNMUH BABEL

Avatar photo
banner 120x600

BabelMendunia.com, Bangka Belitung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam, khususnya timah. Selama puluhan tahun, timah telah menjadi penopang utama perekonomian daerah. Dari sektor pertambangan ini, lapangan kerja tercipta, pendapatan daerah meningkat, dan perputaran ekonomi masyarakat bergerak.

Namun di balik semua manfaat tersebut, ada sisi gelap yang tak bisa diabaikan begitu saja. Aktivitas penambangan yang tidak terkontrol telah menyebabkan kerusakan lingkungan yang cukup parah mulai dari hutan yang gundul, lahan yang rusak, dan pencemaran air serta laut yang mengancam kehidupan nelayan dan petani.

Pada situasi seperti ini, kita dihadapkan pada pilihan besar: melanjutkan pertambangan tanpa arah yang jelas atau mulai mencari cara agar pertambangan bisa berjalan berdampingan dengan kelestarian lingkungan. Pilihan kedua inilah yang harus kita ambil, dan di situlah pentingnya semangat “Bijak Menambang”

dan “Bijak Menjaga Alam”. Kedua prinsip ini bukanlah hal yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi sebagai bagian dari satu langkah strategis menuju masa depan Bangka Belitung yang berkelanjutan.

Bijak menambang berarti melakukan kegiatan tambang dengan penuh tanggung jawab. Itu artinya, tambang tidak boleh lagi dikelola secara liar dan tanpa izin. Setiap kegiatan tambang harus memiliki AMDAL yang jelas, melakukan

Baca Juga  Guru sebagai Arsitek Masa Depan

reklamasi pasca tambang, serta melibatkan masyarakat sekitar dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan. Para pelaku usaha juga harus transparan dan bertanggung jawab. Tidak boleh lagi ada praktik tambang yang hanya mengejar keuntungan sesaat tapi meninggalkan kerusakan jangka panjang.Sementara itu, sikap bijak dalam menjaga alam mencerminkan kesadaran bahwa lingkungan hidup merupakan kekayaan yang tak bisa digantikan nilainya.

Melindungi alam bukan berarti menolak pembangunan, melainkan memastikan bahwa proses pembangunan tidak merusak dasar-dasar kehidupan. Unsur seperti tanah, air, udara, dan laut adalah penopang utama bagi mata pencaharian masyarakat, terutama mereka yang bekerja di sektor pertanian dan perikanan. Jika lingkungan rusak, maka dampaknya tidak hanya dirasakan saat ini, tetapi juga akan membebani generasi mendatang.

Untuk mewujudkan hal tersebut tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah. Perlu adanya keterlibatan semua pihak mulai dari pelaku tambang, masyarakat lokal, akademisi, hingga lembaga swadaya masyarakat. Setiap pihak punya peran penting. Pemerintah harus tegas menindak tambang ilegal, pelaku usaha harus transparan dan bertanggung jawab dan masyarakat harus ikut menjaga kelestarian alamnya.

Baca Juga  Mahasiswa dan Urgensi Tata Kelola Timah yang Inklusif

Kolaborasi inilah yang menjadikan solusi untuk menjaga keseimbangan antara ekonomi dan ekologi di Bangka Belitung hanya bisa dicapai kalau semua pihak yang ingin duduk bersama dan punya komitmen yang sama: menambang dengan bijak, dan menjaga alam sebagai investasi jangka panjang. Bangka Belitung punya potensi besar, bukan hanya dari timah. Wisata, perikanan, dan pertanian bisa dikembangkan sebagai alternatif. Akan tetapi semua ini butuh lingkungan yang sehat. Maka dari itu, menjaga alam bukan sekadar pilihan, tapi keharusan.

Jika bijak menambang dilakukan bersama dengan bijak menjaga alam, maka masyarakat Babel akan punya masa depan yang lebih seimbang: ekonomi tetap berjalan, lingkungan tetap lestari, dan generasi berikutnya tidak mewarisi kerusakan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *