Mencari Jalan Tengah dalam Pemanfaatan Sumber Daya Alam Timah Secara Bijaksana

Oleh: Clara Safika, PGSD UNMUH BABEL

Avatar photo
banner 120x600

BabelMendunia.com, Salah satu tempat penghasil timah terbesar di dunia adalah Indonesia, terutama Bangka Belitung. Potensi ini dapat menguntungkan masyarakat jika dikelola dengan benar. Namun, pada kenyataannya, penambangan timah oleh PT Timah dan masyarakat sering menyebabkan konflik dengan kelompok lain seperti nelayan, petani, pengunjung, dan masyarakat perkebunan. Kasus Batu Beriga menunjukkan bagaimana tambang dapat menyebabkan konflik horizontal. Dalam situasi seperti ini, solusi yang inovatif dan adil harus ditemukan untuk mengimbangi semua kepentingan.

Sebagai mahasiswa dan anggota komunitas akademik, kami menyadari pentingnya bertindak sebagai perantara dan pencipta solusi rasional. Meskipun pertambangan timah memiliki nilai ekonomi tinggi, perlu diingat bahwa industri lain seperti perkebunan, perikanan, dan pariwisata juga merupakan sumber penghasilan yang tak kalah penting. Pertambangan di lokasi yang secara historis digunakan untuk tangkap nelayan, kawasan pantai yang menarik wisatawan, atau kawasan perkebunan rakyat tidak bijaksana, seperti yang terjadi di Rias. Semua bidang ini harus dihargai karena keberadaannya.

Baca Juga  GURU SEBAGAI GARDA TERDEPAN DALAM MENGHENTIKAN BULLYING

Untuk memastikan pemanfaatan sumber daya alam timah tetap seimbang, diperlukan tindakan strategis melalui penetapan zona wilayah usaha yang tegas. Ini akan memastikan bahwa wilayah penting seperti tangkap nelayan, kawasan pariwisata, dan perkebunan rakyat tetap terlindungi. Untuk mencegah konflik sejak dini, forum komunikasi lintas sektor harus didirikan. Dengan mendorong masyarakat untuk mengembangkan sektor lain seperti pertanian modern, perikanan berbasis teknologi, dan ekowisata, diversifikasi ekonomi akan menjadi solusi utama dalam jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan mereka pada sektor tambang.

Potensi timah seharusnya menjadi berkah, bukan ancaman. Dalam situasi seperti Batu Beriga, sudah saatnya semua pihak memahami bahwa pengelolaan sumber daya alam harus mempertimbangkan keadilan sosial dan keberlanjutan lingkungan selain keuntungan finansial jangka pendek. Akademisi memiliki tanggung jawab strategis untuk terus mendorong pembentukan kebijakan berbasis riset yang efektif dan menguntungkan semua golongan. Mari kita wujudkan pengelolaan sumber daya alam yang adil, lestari, dan menguntungkan semua pihak. Tidak ada sektor yang harus dikorbankan demi sektor lain. Semua sumber daya alam dapat berkembang bersama, asalkan kita mampu bersatu dalam semangat keadilan dan kebersamaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *