Laut menangis akibat pertambangan ilegal yang dilakukan oleh masyarakat

Oleh: Anita Salsabila, PGSD UNMUH BABEL

Avatar photo
banner 120x600

BabelMendunia.com, Pulau Bangka Belitung, yang dikenal dengan pantainya yang indah dan kekayaan alamnya, kini perlahan berubah menjadi air yang keruh dan kotor karena akibat kerakusan manusia. Penambangan timah ilegal yang sering terjadi dan menjadi faktor utama dalam tragedi ekologis ini. Kawasan pantai yang dulu lautnya berawarna biru kini berubah menjadi keruh dan beracun.

Kemudian, dampak paling berbahaya dari pertambangan ilegal adalah masuknya logam berat seperti merkuri, arsenik, dan timbal ke dalam ekosistem laut. Logam-logam ini sering digunakan dalam proses pemisahan logam berharga dari bijih tambang, namun mereka sangat beracun bagi kehidupan laut.Ketika logam-logam berat ini masuk ke dalam perairan pantai, mereka akan terakumulasi dalam tubuh organisme laut, seperti ikan, kerang, dan terumbu karang. Rantai makanan laut yang terhubung dengan manusia dapat terganggu akibat akumulasi logam berat ini, mengancam kesehatan manusia yang mengonsumsi hasil laut yang tercemar. Selain itu, penambangan ilegal juga berkontribusi pada tingginya sedimentasi di perairan pantai. Ketika tanah digali tanpa kontrol yang benar, tanah-tanah ini akan terhanyut ke dalam sungai dan akhirnya sampai ke laut. Terumbu karang yang telah ada bertahun-tahun, sebagai habitat banyak spesies laut, akan terancam mati jika terus terpapar sedimen yang menutupi permukaan mereka. Ini juga berkontribusi pada penurunan kualitas air, menjadikan perairan lebih keruh dan mengurangi kemampuan biota laut untuk berkembang biak dan bertahan hidup.

Tak hanya itu, kehilangan habitat dan pencemaran air pantai juga berujung pada hilangnya keanekaragaman hayati laut. Banyak spesies yang tergantung pada ekosistem laut yang bersih, seperti ikan hias, terumbu karang, dan spesies langka lainnya, kini semakin terancam punah. Kehidupan laut yang seharusnya berlimpah kini terkikis, menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem yang serius. Jika kerusakan ini terus berlanjut, beberapa spesies yang sangat penting untuk keseimbangan alam bisa hilang selamanya, menyebabkan dampak yang tak terukur pada ekosistem global.

Baca Juga  Generasi Z dan Tantangan Pembelajaran Abad ke-21

Salah satu penyebab utamanya tambang ilegal bukan hanya masyarakat kecil, melainkan juga oknum-oknum berkuasa seperti pejabat daerah, aparat, pengusaha besar, bahkan ada dugaan keterlibatan politisi tingkat nasional.Dalam hal ini mereka yang berkuasa salah menggunakan kekuasan dan mementingkan kepentingan sendiri dan tidak melihat betapa rusaknya kerusakan alam yang dibuat sehingga petani kehilangan tanahnya, nelayan kehilangan hasil tangkapannya, dan generasi muda kehilangan masa depannya. Semua demi keuntungan sesaat yang hanya dinikmati segelintir orang, sementara mayoritas rakyat menanggung akibat jangka panjangnya.

Di tengah situasi ini, kita mahasiswa  sebagai kelompok terpelajar dan moral force bangsa  seharusnya tidak hanya menjadi penonton yang pasif. Mahasiswa harus sadar bahwa tugas kita bukan sekadar lulus dengan ijazah, melainkan menjadi penjaga masa depan negeri ini. Karena jika mahasiswa diam, siapa lagi yang akan bicara? Lalu, bagaimana seharusnya mahasiswa bergerak? Tentu saja dengan solusi yang strategis, terstruktur, dan cerdas. Seperti membangun “Desa Anti-Tambang” Berbasis Komunitaskemudian mahasiswa bisa turun ke desa-desa sekitar wilayah tambang ilegal dan mendirikan komunitas sadar lingkungan. Misalnya, membentuk kelompok tani muda, komunitas nelayan berkelanjutan, atau koperasi desa hijau. Lalu mahasiswa bisa mengadakan festival besar tentang lingkunganseperti lomba mural tema anti-tambang, lomba vloglingkungan, diskusi terbuka, sampai aksi bersih-bersih sungai. Dengan pendekatan budaya dan kreatif, gerakan ini akan lebih menarik perhatian masyarakat luas, termasuk generasi mudadan membentuk tim litigasi dan melakukan class action(gugatan warga negara) terhadap perusahaan atau individu yang melakukan tambang ilegal.  Menggunakan jalur hukum akan memberikan tekanan legal, bukan hanya tekanan moral.Sehingga para pemerintah akan bertindak dan akan mempermudah pengumpulan bukti kerusakan lingkungan untuk bahan advokasi hukum namun jika jalur hukum tidak bisa maka mahasiswa menggunakan Media sebagai Senjata Utama, Saat jalur hukum dibeli oleh uang maka jalur opini publik harus dibuka dan jika Publik sudah dibuka maka bisa menggoyang kekuasaan.

Baca Juga  GOTONG ROYONG KARANG TARUNA DAN MAHASISWA KKN UNMUH BABEL ”MENJAGA KEINDAHAN PANTAI TANJUNG BATU NEK DESA TANJUNG PURA”

Di tengah dunia yang dikuasai uang dan kuasa, mungkin hanya mahasiswa yang masih punya keberanian dan idealisme. Jika mahasiswa menyerah, maka kerusakan lingkungan Bangka Belitung akan menjadi dosa abadi yang diwariskan ke anak cucu. Perjuangan ini memang tidak mudah. Kadang hasilnya tidak langsung terlihat. Tapi sejarah selalu mencatat: perubahan besar dimulai dari segelintir anak muda yang berani berkata “cukup!”. Karena itu, mahasiswa harus bertahan. Harus melawan. Harus menjadi api yang tidak pernah padam di tengah kegelapan. Kita mungkin tidak bisa mengubah dunia hari ini. Tapi kita bisa memastikan dunia tidak sepenuhnya hancur karena kita diam. Oleh karena itu, sudah saatnya kita berkomitmen untuk melindungi sumber daya alam ini dengan sungguh-sungguh, tidak hanya dengan cara menghentikan pertambangan ilegal, tetapi juga dengan melibatkan masyarakat dalam solusi jangka panjang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *